April 2008, aku kembali menghadap Mr. Tango. Dengan Pede kumasuki ruangannya, menenteng lembar approval untuk tanda tangan persetujuannya dan mengambil draft yang tempo hari telah kuserahkan. Wajah Mr. Tango tak ramah, sepertinya ada yang membuatya kesal. Apakah Mr. Smile?bukankah beliau baru saja keluar, setelah bercakap-cakap cukup lama didalam. KAU MASUK PADA SAAT YANG SALAH!batinku meraung
“Sit Down”
“Yes, Sir” jawabku tak tenang, kulihat draft novelku tergeltak diatas meja, penuh dengan coretan garis yang dilukis memanjang.
“open and read it”
Oh my Allah, it’s imposible! Mengapa semua tulisan dalam drafku dicoret dan diberi tanda tanya? Tubuhku panas dingin, alamat aku akan diajak berfilsafat lagi. Duh biung…help me! Ternyata benar fren, aku mulai memasuki arena filsafat. Tapi kali ini aku tak ingin lagi mengalah, aku harus bertahan, aku tak mau lagi ganti judul hanya untuk mengikuti keinginan Mr. Tango yang Crazy!
Diskusi memanas, Ia menyalahkan subjek yang akan kuangkat. Harusnya mahasiswa bukan siswa, dan aku menyanggupi untuk meneliti mahasiswa, namun ia berbalik tidak mengizinkan. Lalu ia mengangkat tema yang selama ini belum pernah diangkatnya, Translation! dan aku yakin aku akan kalah karena semua argumenku disambut dengan bentakan! aku mengejang, jantungku bertalu-talu bagai beduk maghrib yang dipukul. Mr. Tango berang karena kalah argumen denganku. Ia menaikkan kakinya yang bersepatu keatas meja dan menggoyang-goyangkannya, tepat didepan tempat dudukku, lalu menyambar sebuah pisang goreng, mengunyahnya dengan lahap dan menyeruput kopi hangatnya. Aku ingin meneteskan air mata, aku tahu jika Mr. Tango sudah mengeluarkan gejala ini maka ia akan mengeluarkan jurus ampuhnya.
“Kamu ganti advisor saja, cari yang bisa se ide dengan kamu!”
Blaaaar!!! Unbelievable!
‘What sir? What do you mean? mengg..ganti anda dengan yang lain?”
“Yeah, kompromikan dengan Mr. Low Profile”
”But sir, you said that u will approve me to seminar?”
“I don’t like your title, translation is so hard and no specific!”
kugigit bibirku keras-keras, berusaha menguatkan diri dan menahan air mata agar tidak luruh kepipi. “Baiklah Sir, akan saya kompromikan. Jika beliau setuju maka saya akan memberitahu anda”
ada kilat kaget dimata Mr. Tango ketika mendengar jawabanku, mungkin ia pikir aku akan menghibanya, maka ia menggertakku dengan ancaman tadi. Ia salah aku memang terluka dengan peluru yang dilontarkannya, tapi aku senang karena ini akan menjadi akhir peperangan kami dan tiba-tiba ia melemah “atau kamu tidak perlu ganti advisor, begini saja kamu teliti kemampuan bahasa inggris mahasiswa semester 1-2 di universitas ini. Saya yakin hasilnya akan spektakuler”
Tidaak!! batinku meronta, itu usul yang sangat mematikan langkahku. Bayangkan aku harus meneliti semua mahasiswa semester 1-2 di universitas ini, dari 7 fakultas dan berpuluh-puluh jurusan dan dengan kepastian yang nyaris nol. Karena bisa jadi jika mood Mr. Tango sedang buruk (moodnya selalu buruk) aku akan diminta mengganti judul lagi. Bukankah baru saja ia tidak menyetujuiku unutk meneliti mahasiswa? Ucapannya benar-benar tak bisa dipegang! Pliz deh, mau jadi mahasiswi abadi? NO!
“No, Sir! I’m sorry, I don’t have time to make a new research. I choose to change my advisor. Thanks.” Ucapku emosi, plus sesak dengan air mata. Ini benar-benar April MOP! Kalian tidak akan pernah membayangkan bagaimana rasanya berada berjam-jam di ruangan Mr. Tango, bagaikan berada dalam situasi perang yang selalu penuh dengan desing peluru. Siap-siap mati ditempat jika jantungmu tak kuat.
Dan hari itu dengan berlinang air mata aku menunggu Mr. Low Profile, berharap menumpahkan kesah dan minta pertolongannya kembali. Aku benar-benar menjadi cewek mellow hari itu, menangis sampai mataku bengkak. Aku menyesali waktu yang terbuang selama 2.5 tahun hanya untuk menggarap hal yang tak pasti, dan ngeri dengan jalan yang ada didepanku. Aku harus mengajukan izin perpanjangan tinggal diuniversitas ini, karena masa mukimku hampir habis. Ku rutuk Mr. Tango tanpa henti. Suatu saat aku harus bisa membalas semua ini. Ia sengaja mengombang-ambingkanku sekian tahun hanya karena aku Moslem!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar