Halaman

Rabu, 25 Februari 2009

Apakah si B salah?

Si A, B dan C berteman. Si A sudah punya pekerjaan tetap. Sementara si B dan C sudah punya pekerjaan tapi masih semi tetap. Suatu hari si A harus cuti kerja, maka dia harus mencari orang yang bisa menggantikan pekerjaannya selama ia cuti. Dari beberapa kandidat yang diajukan, belum ada yang cocok. Akhirnya si A merekomendasikan si B dan C kepada Bos nya. Bos nya si A, ternyata antusias. Akhirnya si A menawarkan hal itu pada si B dan C. Si B agak ragu untuk maju karena ia merasa bidang yang ditawarkan bukanlah skillnya, walaupun lahan kerjanya sudah cocok dan ia merasa yakin sanggup menghandle itu, tapi ia perlu istikharah, Sementara C, bidang tersebut bukanlah skill nya dan juga bukan lahan kerjanya, tapi ia antusias maju. Si A menelpon si B, bahwa bos nya lebih condong ke si B karena mendengar B adalah salah satu karyawannya di tempat lain, jadi tak perlu berlama-lama istikharah, tentunya selain itu karena rekomendasi si A. Lalu si A mengatakan agar si B segera ke kantor keesokkan harinya, membawa lamaran dan akan langsung di test. Walau masih kurang mantap si B akhirnya memenuhi janji untuk datang ke kantor keesokkan paginya. Setiba di kantor ternyata si Bos sedang tidak di tempat. Ketika si Bos di telpon oleh stafnya, ia meminta si B menunggu. Beberapa saat kemudian si Bos menelpon kembali, dan berbicara agak lama dengan si staf, si B sempat mendengar pembicaraan itu. Si staf bertanya agak bingung, karena ternyata si Bos mengatakan ia belum bisa kembali ke kantor dan si B tidak perlu melalui mekanisme test. Akhirnya si staf mengantar si B ke ruang wakil-wakil si Bos. Disana si B berpikir akan segera di test baik tulis, psikotest, agama, bahkan wawancara. Tapi ternyata ia langsung diterima, kata para wakil disana Bos merekomendasikan untuk mengarahkan si B tentang tugas-tugasnya nanti. Sampai-sampai jadwal dan kegiatan yang harus diikuti si B sudah diberitahu. Tapi ketika mereka bertanya pada si B, apakah sudah diwawancara oleh Bos. Si B dengan jujur menjawab belum. Mereka semua terperangah dan bergumam dengan tak percaya “kok bisa ya diterima tanpa diwawancara oleh Bos? Padahal susah untuk diterima.” Si B mengatakan siap untuk di test.

Tapi akhirnya mereka memintanya untuk datang mengikuti schedule seperti karyawan tetap walau belum resmi, tapi si B tidak bisa mengikuti schedule tersebut jika belum ada kepastian ia benar-benar diterima atau tidak, karena ia masih bekerja ditempat lain. Jika karena keputusan yang masih belum resmi tersebut ia harus melepas kerjanya dan tak ada jaminan ia menjadi karyawn tetap dikantor tsb karena hanya sebagai pengganti, sementara ia sudah melepas kerjanya di tempat lain. Maka hal itu terasa memberatkan si B. para staf disana akhirnya berjanji akan menghubunginya kembali setelah konfirmasi pada Bos mereka. Si A ternyata meminta si C untuk datang juga ke kantor, tapi C dan B tidak saling berjumpa tatap muka di kantor itu. Si B sih fine-fine saja jika si C ikut maju.


Sementara itu selama dalam penantian, si B selalu konfirmasi pada si A apakah keputusan sudah diambil atau belum? Karena si B yakin si A pasti dimintai pertimbangan juga karena yang akan digantikan adalah posisinya. Si B meyakinkan A bahwa jika ia tidak diterima maka ia tidak akan kecewa, lagipula itu bukanlah bidang spesifiknya, kalaupun di terima ia akan berusaha bekerja professional, Tapi si A tak pernah merespon pertanyaannya dengan jawaban. Akhirnya suatu hari si B mengetahui dari orang lain yang belum dikenalnya tapi ternyata mengenal si C, dari orang tersebutlah si B mengetahui bahwa yang diterima adalah si C. Wajar atau tidakkah jika si B mengatakan pada si A bahwa ia kecewa dengan sikap A yang tidak merespon pertanyaannya? Padahal B hanya ingin tahu kepastian saja, -bukankah ia sudah dinyatakan diterima saat pertama kali-. Dan ketika tahu bahwa yang di terima adalah si C, wajarkah jika B kecewa karena tidak di konfirmasi oleh si A ataupun oleh kantor si A? padahal si B hanya ingin ada kalimat konfirmasi:” maaf anda tidak jadi di terima, karena ada kandidat lain yang telah kami pilih” atau kalimat lainnya, tapi ternyata tidak ada sama sekali. Sebenarnya Si B agak menyesal telah ke kantor itu, sementara tak ada konfirmasi yang ia terima. Lalu ketika si B mengatakan hal itu pada si A, dengan maksud ingin tahu sebab mengapa ia tidak diberitahu atau mengapa pertanyaannya tak pernah direspon -bukan karena ia tidak diterima sebagai pengganti, karena B justru lega tidak dijadikan pengganti-. Ternyata si A malah tersinggung dan mengatakan ia hanya menawarkan pekerjaan saja, kok dianggap serius sekali. Apakah si B salah dengan sikapnya yang menanyakan hal itu pada Si A?


Walau B tak bermaksud menyinggung A, tapi karena A merespon pertanyaan B dengan tersinggung, akhirnya B minta maaf pada Si A, dengan harapan tidak terjadi kesalahpahaman.

Tolong dong teman-teman kasih solusi atau komentar pada pertanyaan-pertanyaan diatas mengenai si B, Terutama apakah ia salah? Truz apa sebaiknya yang harus ia lakukan? Ia sudah minta maaf, apakah ia masih salah?

2 komentar:

Anonim mengatakan...

bingung nih mau kasih comment apa mbak, yang pasti menurut saya si A, B, dan C semuanya punya andil dalam kesalahpahaman ini.

kalau di bilang B nda salah, nda bisa juga karena si B tidak menanggapi tawaran si A dengan tegas. si A juga salah karena tidak memberi konfirmasi ke si B kalau si C yang di terima.

jadi intinya mereka bertiga itu ikut andil, hingga terjadi kesalahpahaman itu.

ada beberapa hal yang perlu dicatat :
1. keyakinan itu perlu dalam mengambil sebuah keputusan agar tidak ragu-ragu seperti si B. sadar atau tidak yang terjadi dengan si B sesungguhnya adalah hasil dari keragu-raguannya.

2. Dalam persahabatan harus ada keterbukaan. sepahit apapun, seburuk apapun, jujur itu sangat penting dan akan lebih baik.

3. Intropeksi diri juga penting, karena pada saat itu kita akan tahu keslahan-keslahan kita sendiri sehingga kita tidak akan pernah menyalahkan orang lain atau pun keadaan.

kayaknya itu dulu deh mbak, yang bisa elia kasih...hehehe:. semoga bermanfaat...oiya mbak Elia punya link nih tentang pelajaran bertanggung jawab...http://rinurbad.multiply.com/journal/item/2384/Pelajaran_Tanggung_Jawab

sekali lagi semoga bermanfaat ya mbak, ini hanya masukan loh mbak. Tidak bermaksud menggurui, sebagai sesama mahluk-Nya kita khan harus saling mengingatkan...:).

Ariya Des Utami mengatakan...

wah terima kasih banget ya elia. komenmu panjang banget. katanya si B sih, dia memang ga pengen kerja sebagai pengganti makanya dia lega, tapi dia ga suka ga dikabari. ya semoga aja si B dan juga si A baca komenmu ya. biar mereka ga sleg lagi. semangat euy...