Halaman

Rabu, 18 Maret 2009

WARNAI HIDUP DENGAN PENA


Pejamkan mata, lalu bayangkan sebuah jungkat-jungkit dengan seorang anak di salah satu ujungnya. Hanya seorang saja. Apa yang akan terjadi? Apakah Jungkat-junkit itu bergerak naik turun? Tentu saja tidak. Jungkat jungkit itu hanya diam karena tak ada beban pada ujung yang lainnya.

Kemudian bayangkan sebuah rumah yang dihuni oleh beberapa anak dengan hanya satu orang tua, ayah saja atau ibu saja. Apa yang akan terjadi jika mereka hanya dibesarkan oleh ibunya saja? Apa yang akan terjadi bila yang mendidik mereka hanya seorang ayah saja? Tentunya karakter yang akan mendominasi mereka adalah karakter orang yang mendidiknya yaitu karakter sang ibu atau sang ayah.

Kemudian lihat apa yang terjadi pada anak-anak yang dibesarkan dengan pemenuhan kebutuhan lahir saja tanpa dilengkapi dengan pemenuhan kebuthan batin. Tentu saja anak-anak yang seperti ini merasakan kegersangan hidup. Kesimpulan dari ketiga ilustrasi di atas bahwa dalam kehidupan ini telah terjadi ketimpangan atau ketidakseimbangan.

Dalam hidup dibutuhkan keseimbangan agar kita dapat berjalan tegak, tidak pincang sebelah. Lalu bagaimana cara menyeimbangkan hidup kita? Sebagaimana pepatah mengatakan banyak jalan menuju Roma, maka banyak cara menyeimbangkan hidup. Salah satu cara yang mudah adalah dengan menulis. Mengapa hal ini mudah? Karena menulis tidak perlu adu otot untuk melakukannya.

Misalnya saja ada seorang pelajar yang hampir setiap hari mengalami kejadian yang sama di waktu yang hampir bersamaan. Di sekolah ia dianggap sebagai murid bodoh karena nilai-nilai yang tak pernah bagus, di organisasi tak ada yang mau mendengarkan pendapatnya, dan dirumah ia harus melihat kedua orang tuanya bertengkar dan ketika ia mencoba melerai justru terkena hantaman sang ayah. Begitu terus setiap hari, masalah bertubi-tubi singgah dan mengendap di kepalanya. Lalu apa yang harus ia lakukan? Ia sudah tidak tahan lagi dan ingin segera melepaskan beban di kepalanya.

Ada dua kemungkinan untuk meringankan bebannya. Cara pertama yaitu dengan berpikir negatif bahwa tak akan ada yang mau mendengarkannya karena ia dianggap bodoh. Tak ada yang peduli padanya maka apapun yang dilakukannya tak akan ada pengaruh pada siapapun. Lalu ia memeutuskan untuk menjadi anak genk, memimpin tawuran, menjadi pecandu narkoba, dan akhirnya overdosis, kemudian meninggal dalam kesia-siaan. Na’uzubillah.

Cara kedua yang dapat dilakukannya yaitu dengan berpikir positif. Meyakini bahwa suatu saat nanti ia bisa menunjukkan kemampuannya meskipun saat ini belum ada yang mau mendengarkannya dan percaya padanya. Maka ditumpahkanlah semua beban dikepalanya dengan menggerakkan pena, menuliskan semua keluh kesah, harapan, dan pendapatnya di lembaran-lembaran kertas sebuah buku. Lalu apa yang akan terjadi? Ia menjadi seorang penulis yang tulisannya selalu ditunggu para pembacanya.

Begitu pula dengan kita, sebagai umat islam kita mempunyai kewajiban untuk menyampaikan kebenaran. Nabi bersabda bahwa sampaikanlah walau Cuma satu ayat. Kita bisa menyampaikannya secara lisan maupun tulisan. Melalui tulisan kita dapat mengemas kata-kata yang mudah dipahami, yang bisa menggugah seseorang tapi tidak menggurui.

Saat ini banyak kejadian atau peristiwa yang menyudutkan umat islam, terutama serangan gozwul fikri yang semakin bertubi-tubi. Tugas kita adalah membuat penangkisnya. Kita harus mencoba menjadi yang terbaik dengan memberikan pencerahan kepada saudara-saudara kita agar mereka tidak terjerumus pada hal-hal yang merugikan. Kita dapat membantu mereka agar tidak mudah terbawa arus sehingga akan tercipta generasi yang kuat, kokoh, dan tangguh.

Kita harus membuka pikiran dengan wawasan yang seluas-luasnya. Mengungkapkan fakta yang baik dan yang buruk dengan cara yang cerdas. Salah satunya dengan menulis. Yakinlah bahwa setiap pembaca itu pintar. Mereka dapat menangkap apa yang dimaksud, dengan cara inilah kita telah menyiapkan tentara yang siap bertempur dengan jiwa dan raganya.

Selain itu, dengan menulis akan menyeimbangkan otak kanan dan kiri, dapat mempengaruhi pola piker dan mental seseorang baik secara langsung maupun tak langsung. Pengaruh tulisan tersebut dapat membekas menjadi suatu kepribadian, dengan kata lain dunia kepenulisan dapat menciptakan suatu sikap mental, idiologi, keyakinan bahkan menitipkan harapan. Tak penting apa yang kita tulis, yang terpenting pesan apa yang akan kita sampaikan kepada pembaca.

Oleh karena itu, mulailah untuk mengasah dan menajamkan pena kita agar dapat menorehkan kebaikan meskipun dimulai dengan orang-orang terdekat, meski hanya untuk teman-teman kita sendiri bahkan meski hanya untuk hal yang ringan. Seimbangkanlah hidup dengan penamu! Warnailah dunia ini! Bangkitkan generasi melalui tulisanmu, maka ketahuilah bahwa sebuah perjalanan 1000 mil telah kau mulai.

2 komentar:

me_my_mine mengatakan...

great posting...

i love teh way u write

no doubt ... u r a good writer my dear friend..
u know wht? my blog is just full of my RUBBISH story hahahaa
un important stories..but i remember when u told me dat TYPE WHTEVER U WANNA TYPE..so u can see the result hahaha..

Ariya Des Utami mengatakan...

> yups honey,it's right. type whatever u wanna type. keep fighting, friend.