Rabu, 16 September 2009
Negeri Eiffell Dalam Kacamata seorang Sikrit
Buku ini saya kategorikan lumayan bagus, karena mencakup banyak info tentang Paris sehingga pembaca awam seperti saya menjadi mengetahui tentang Paris. Saya sampai mengangguk-angguk ketika paham atau berseru: "oh, segitunya!" atau "Oh, ternyata gitu ya?" atau "Subhanallah..."
info yang kita dapatkan dalam buku ini menjadi kekuatan daya tarik buku ini. yaitu bahwa ternyata salju jarang turun di Paris, bahwa mengganti sebuah kunci rumah harganya hampir sama dengan tiket pulang pergi Paris-Indonesia, bahwa hidup di apartemen penuh dengan suka duka, bahwa pengemis di Paris punya handphone dan dapat tunjangan bulanan, bahwa perayaan kembang api di Paris sangat meriah, bahwa masjid susah dicar disana, bahwa Parisien sangat toleran pada orang islam, bahwa ternyata kode-kode makanan yang mengandung babi sangatlah banyak, bahwa puasa disana bisa mencapai 19 jam, bahwa perjuangan seorang Patrick memperlajari Islam patut diacungi jempol dan bahwa ternyata si penulis sangat mencintai suaminya dan Patrick pun sangat mencintai seorang Sikrit. Kgusus yang terakhir saya simpulkan dari cerita-cerita didalam buku ini yang mengikutsertakan pembicaraan dan pemikiran penulis dan suaminya. sungguh saya jadi terharu.
Selain kekuatan diatas buku ini juga memiliki bebrapa kekurangan, antara lain: dimulai dari cover yang bergambar menara eiffel dan taman di Paris yang menurut saya sudah sangat bagus tanpa harus ditambah dengan gambar wanita berkerudung yang sedang membaca sebuah buku. mungkin pihak penerbit ingin memfokuskan buku ini untuk segmen orang-otang islam saja atau ingin mempromosikan juga buku yang sedang dibaca oleh perempuan berkerudung itu, namun disinilah letak kelemahannya. Jika saja tanpa gambar itu, maka orang-orang -tidak hanya orang Islam- yang melihat cover buku ini akan merasa tertarik untuk mengetahui isinya sehingga berminat membeli. bukankah dakwah itu untuk semua orang? Apalagi info didalamnya sanagt bermanfaat.
Selain itu saya juga mempertanyakan foto-foto didalam buku ini. mengapa tidak dicantumkan sumbernya? siapa yang mengambil foto-foto tersebut? apakah mencopy dari internet? tapi saya rasa bukan begitu, kan? alangkah lebih baik ditulis pula nama fotografernya atau sumbernya.
Lalu, cerita didalam buku ini dibuat tidak berurutan. comtohnya diawal diceritakan tentang tempat penitipan bayi, namun setelah itu diceritakan tentang proses melahirkan di Paris. bukankah lebih asyik membacanya jika berurutan?
kemudian pada halaman 104, bunyi Firman Allah Swt lupa dituliskan, namun tibatiba sudah muncul menjadi kata-kata yang muncul sebagai kata bermakna ditengaha-tengah buku. mungkin ini kesalahan ketika proses pengeditan, tapi tetap saja menambah kelemahan dalam buku ini.
Lepas dari beberapa kelemahan yang saya ungkapkan diatas, buku ini tetap asyik dibaca, karena memang menceritakan sesuatu yang baru dengan gaya yang santai. dan sangat bermanfaat sehingga bisa dijadikan referensi bagi kita untuk mengetahui sesuatu tentang Paris, dan tak rugi jika kita beli untuk melengkapi koleksi buku perpustakaan kita. Merci Beaucop (Dessy)
Rabu, 02 September 2009
PENANTIAN
Langganan:
Postingan (Atom)