Halaman

Minggu, 27 Desember 2009

Dari Kemayaan Yang Nyata



Judul : Surat Cinta Saiful Malook
Halaman : 248 halaman
ukuran : 11 cm x 17,5 cm
Cetakan : April 2006
Penerbit : Escaeva
Pengarang : Risma Budiyani


Novel ini menceritakan kisah percintaan yang dimulai dari dunia maya. Entah bagaimana tokoh Jasmine dan Saiful Malook mulanya berkenalan, yang jelas dituturkan via chatting. Kisah cinta ini diadaptasi dari kisah cinta nyata si pengarang, tapi entahlah apakah ending dalam novel ini juga sama dengan kenyataannya. Kisah cinta yang dituturkan dalam novel ini berangkat dari dongeng rakyat Pakistan tentang asal usul danau Saif Ul Malook atau sama dengan kisah Jaka Tingkir dalam versi dongeng Indonesia.

Awal novel ini cukup berkesan, dimulai dengan alur maju yaitu perjalanan tokoh Jasmine –dimasa depan- ke Pakistan. Namun selanjutnya jadi kisah yang monoton, karena menceritakan kenangan Jasmine akan Saiful Malook dari mula mereka bertemu. Pengarang menceritakan detil perkenalannya dengan Saiful Malook melalui kalimat-kalimat chatting dan surat-surat serta hadiah-hadiah yang saling mereka kirimkan, yang membuat rasa cinta keduanya mengembang bagai bunga-bunga di musim semi.

Sayangnya pengarang terlalu fokus pada kedua tokoh itu saja, tanpa memainkan peran tokoh-tokoh yang lainnya. Misalnya tokoh Ibu, yang digambarkan hanya sesekali menanyai Jasmine tentang hubungannya dengan Saiful Malook, hanya tersenyum jika Jasmine menerima surat dari Pakistan, dan menjadi penunggu setia di Rumah sakit ketika Jasmine sakit. Tidak digambarkan tokoh ibu yang penasaran atau takut kehilangan jika putrinya menikah dengan orang asing. Bahkan tokoh adik dan bapaknya tak dimainkan sama sekali, hanya di pajang saja dalam novel ini.

Selain itu kurang digambarkan sebab musabab Saiful Malook begitu jatuh cinta pada Jasmine, padahal belum pernah berjumpa –hanya lewat selembar foto yang dikirimkan lewat pos- seperti ada kisah yang belum terungkap seluruhnya. Walau tidak bisa dipungkiri, kadang hal seperti ini bisa saja terjadi, karena spektrum cinta membutakan segalanya. Membuat kita bersedia melakukan apa saja untuk kekasih hati.

Lepas dari kekurangan diatas novel ini cukup menarik untuk dibaca, apalagi ini kisah nyata yang syarat hikmah. Pembaca akan mengetahui bahwa Tuan rumah di luar negeri akan memperlakukan kita layaknya keluarga sendiri, jika kita sedang menyambangi Negara mereka –di negara manapun biasanya sama-, pun kita akan mengetahui perbedaan budaya antara Indonesia dengan Pakistan melalui penggambaran yang lumayan lengkap di novel ini, serta kedekatan pengarang dengan duta besar Pakistan yang bernama Syed Mustafa Anwer Husain –yang jadi ayah angkatnya- yang memberi prakata di novelnya, akan cukup membuat pembaca iri karena tak sembarang orang bisa mendapatkan prakata dari seorang duta besar. Apalagi duta besar ini ikut dijadikan tokoh didalam novel ini, yang notabene tahu kisah nyata si pengarang. Tapi seperti yang saya katakan diawal, apakah ending di novel ini sama dengan kenyataan? Hanya pengarangnya yang tahu. Jika memang benar sama, maka ini adalah kisah cinta yang benar-benar mengharu biru. Jika dari awal saya membaca dengan perasaan datar, namun tidak ketika memasuki perjumpaan Jasmine dengan Saiful Malook di Peshawar –saya meneteskan airmata-.

Akhir kata, Bravo untuk mba Risma. Saya ingin tahu kelanjutan yang terjadi pada Saiful Malook. Salam

(Ujung Pulau Sumatra, 25 Desember 2009)